Aku hanya bisa bersembunyi di balik sepi, di balik nyanyian hujan yang mengguyur kota kecil ini. Kupandangi setiap tetes air yang mengalir pada kaca jendala kamarku. Ku buang pandangan jauh ke arah jalanan yang sedang lenggang sembari menggali memori gusar. Hawa dingin beradu dengan perang batin yang tak pernah berujung. Entah kenapa ajakan itu membuatku tak tenang. Setelah beberapa menit, aku memutuskan untuk segera mengungkap semuanya, aku tak mau mendekam dalam rasa penasaran yang mencekam. Sama seperti gadis kecil lainnya, sejak kecil aku menyukai hujan. Irama tetes airnya selalu membawa kedamaian, dinginnya butir air selalu mampu menyejukkan. Seolah tak ingin berhenti dan senang sekali setiap aku bermain dengan hujan, tak peduli meskipun besok bisa terkena demam. Tetapi kali ini tidak, aku ...